Desas-desus Fungsi Candi Tikus

Source : halaqahsejarah.blogspot.com (Candi Tikus di Mojokerto)

Sobat Ars, pasti kamu tahu kalau peninggalan sejarah di Indonesia ada banyak. Tidak hanya rumah adat yang dibuat nenek moyang kita. Ada pula peninggalan berupa candi. Candi merupakan bangunan kuno yang dibuat dari batu yang dipakai sebagai tempat pemujaan, penyimpanan abu jenazah raja-raja, serta pendeta-pendeta Hindu atau Buddha pada zaman dulu.

Dalam penelitian yang dilakukan Dr. Rahadhian P. H. dan Fery Wibawa C. berjudul Kajian Arsitektur Percandian Pertirtaan di Jawa (Identifikasi) menyebutkan bahwa candi itu memiliki dua fungsi utama, yakni sebagai makam dan kuil. Namun tak hanya itu, ada pula candi yang dipakai sebagai tempat pertirtaan. Pada penelitian yang sama disebutkan bahwa pertirtaan menjadi salah satu tipe peninggalan bangunan dari Hindu-Buddha.

Pertirtaan berasal dari kata partirthan yang mempunyai kata dasar tirtha atau tirta. Tirta sendiri memiliki arti yaitu air.  Air itu disebut tirtha nirmala atau tirtha amerta. Dalam hal keagamaan, tirta tersebut berarti air suci yang mampu membuat seseorang menjadi ‘bersih’ atau ‘murni’. Selain itu, air suci tersebut dipercaya dapat menghapus dosa, menyembuhkan berbagai penyakit, dan dianggap sebagai air keabadian.

Salah satu tipe pertirtaan yaitu bangunan buatan sepenuhnya. Pertirtaan tipe ini ditempatkan pada lokasi yang tidak memiliki sumber  atau badan air apapun. Maka dibuat bangunan baru yang memiliki fungsi sebagai tempat untuk mengambil air suci. Contoh pertirtaan tipe ini ialah Candi Tikus.

Source : candi1001.blogspot.com (Candi Tikus yang merupakan pertirtaan)

Candi Tikus atau Pertirtaan Tikus dibangun di Dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Sobat Ars perlu menempuh 13 kilometer ke arah tenggara Kota Mojokerto. Di sebelah kiri jalan, 600 meter setelah Candi Bajangratu, kamu akan sampai di lokasi adanya Candi Tikus.

Candi ini tidak memiliki sumber jelas mengenai kapan, untuk apa, serta oleh siapa dibangun. Akan tetapi diperkirakan sekitar abad ke-13 sampai 14 M dibuatlah Candi Tikus. Pertirtaan Tikus ini pertama kali ditemukan oleh Bupati Mojokerto R.A.A. Kromo Djojo Adinegoro di tahun 1914. Tidak seperti candi pada umumnya, Candi Tikus berada di dalam tanah dan diperkirakaan terkubur selama ratusan tahun.

Baca juga :  Mengulik Candi Prambanan yang Menawan

Sebelum Bupati Mojokerto itu menemukan Candi Tikus, ada keluhan dari warga Desa Temon yang panik karena ada banyak tikus di sawah mereka. Bupati pun memerintahkan aparat desa untuk membasmi tikus tersebut. Untuk membuang habis tikus yang ada, Bupati Mojokerto meminta agar gundukan atau sarang tikus dibongkar. Saat dibongkar, ditemukanlah candi yang kemudian diberi nama Candi Tikus. Jadi Sobat Ars, nama tikus itu bukan berasal dari bentuknya yang seperti tikus ya!

Source : travelspromo.com (Tidak seperti candi pada umumnya, Candi Tikus berada di bawah permukaan tanah)

Cerita lain mengenai keunikan candi ini adalah adanya seorang petani di Desa Temon yang hasil taninya habis diserbu tikus sawah. Dengan segala kegelisahan, akhirnya ia berdoa pada Sang Pencipta. Kemudian di suatu malam, petani itu mendapat wahyu untuk mengambil air di kawasan Candi Tikus dan menyiramkannya ke empat sudut sawah. Usai melakukan hal itu, semua tikus di sawah petani tersebut lenyap begitu saja. Tanah sawah menjadi subur dan membuat petani gembira bukan main. Seperti yang sudah Arsminimalis jelaskan pada Sobat Ars di atas, air di pertirtaan dianggap suci dan bisa menghilangkan hal buruk.

Petani tersebut dengan segala kesenangannya bercerita tentang keajaiban itu pada warga sekitar. Kemudian ada saudagar kaya yang mendengar desas-desus kehebatan air itu. Ia pun berpikir agar semakin subur sawahnya dan bertambah kaya, maka diambil saja batu yang ada pada candi dan diletakkan di empat sudut sawah. Namun kali ini keajaiban lain terjadi. Tikus-tikus malah berdatangan dan menghabisi isi sawah saudagar tersebut.

Kalangan pakar sejarah dan arkeologi sempat berdebat mengenai fungsi dari Candi Tikus yang bentuknya menyerupai pertirtaan. Sebagian berpendapat bahwa candi ini memang pertirtaan yang berfungsi sebagai tempat mandi keluarga raja. Tetapi sebagian lagi percaya bahwa bangunan candi merupakan tempat penampungan dan penyaluran air untuk keperluan penduduk Trowulan.

Bangunan Candi Tikus berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 22,5 x 22,5 meter persegi. Tinggi yang diukur dari dasar kolam sampai permukaan tanah ialah 5,2 meter. Dasar kolamnya berada di bawah permukaan tanah dan dikelilingi tembok yang disusun berteras-teras. Bagian paling atas ada selasar dengan lebar 75 cm yang mengelilingi bangunan. Turun 1 meter di bagian dalam, terdapat selasar lebih lebar yang mengelilingi tepi kolam.

Baca juga :  Tugu Pahlawan : Taman Peringatan Perjuangan
Source : mudipat.co (Untuk masuk ke candi, melalui tangga di sisi utara)

Untuk masuk ke candi, terdapat pintu di sisi utara berupa tangga dengan lebar 3,5 meter yang menuju ke arah dasar kolam. Pada sisi kiri-kanan tangga ada kolam berbentuk persegi dengan ukuran 3,5 x 2 meter yang memiliki kedalaman sebesar 1,5 meter. Jika menghadap ke anak tangga ke sisi selatan, Sobat Ars akan menemukan bangunan persegi lagi yang berukuran 7,65 x 7,65 meter. Di atas bangunan ini ada menara setinggi 2 meter dengan atap berbentuk meru dan puncak yang datar. Ada juga 8 menara yang lebih kecil mengelilingi menara tinggi tersebut.

Jika diperhatikan lebih lanjut, Sobat Ars akan melihat dua jenis batu bata yang digunakan untuk membangun candi. Kaki candi dibuat dari susunan bata merah yang berukuran besar. Lalu bagian atasnya ditumpuk lagi dengan bata merah berukuran lebih kecil. Pancuran air juga ada dua macam, satu dibuat dengan bata merah dan yang lain menggunakan batu andesit.

Dikutip dari Javaloka.com, para pakar sejarah dan arkeolog(di atas arkeologi) menduga bahwa pembangunan Candi Tikus dilakukan secara bertahap lantaran variasi bahan yang digunakan. Tahap pertama menggunakan material bata merah ukuran besar untuk pembuatan kaki candi lalu tahap berikutnya memakai ukuran yang lebih kecil. Pancuran air berbahan bata merah diperkirakan juga dibangun pada tahap pertama karena bentuknya masih kaku. Batu andesit yang pahatannya lebih halus dianggap dibangun pada tahap selanjutnya. Namun tidak diketahui pasti kapan tahap-tahap itu dilakukan.

Ada banyak sekali desas-desus mengenai bangunan Candi Tikus. Meski dulu bangunannya tak terurus dan dipenuhi tikus, setelah diperbagus akhirnya desain arsitektur menjadi ‘halus’. Tidak ada yang jalan sejarahnya selalu mulus. Bangunannya dapat ditemui, tapi tidak semua detail diketahui.

2 pemikiran pada “Desas-desus Fungsi Candi Tikus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *