
“Kalau punya rumah sendiri, mau yang modelannya gimana?”
Tak jarang kita jumpai pemikiran tersebut menghampiri pikiran. Kadang juga teman dan pasangan suka menanyakan hal yang demikian. Alih-alih menjawab bagaimana warna rumah yang diinginkan dan berapa banyak lantainya, sekarang hampir tiap-tiap individu tahu beragam tipe hunian yang diinginkan.

Tipe-tipe gaya rumah seperti minimalis, bohemian, shabby chic, juga vintage sering kali jadi pilihan. Bukan hanya untuk rumah, tipe tersebut juga dapat kamu aplikasikan untuk pembangunan tempat kerja, seperti kantor atau kafe. Salah satu model yang mulai naik daun ialah gaya industrial. Beberapa kali berkunjung ke berbagai kafe nge-trend, saya menemukan banyak di antaranya menggunakan gaya ini.

Jurnal SenTHong 2019 karya Aisyah Risti Amini, Amin Sumadyo, dan Avi Marlina berjudul Penerapan Prinsip Arsitektur Industrial Dalam Produktifitas Ruang Pada Solo Creative Design Center menyebutkan bahwa gaya industrial mengacu pada trend estetika dalam desain, dengan penekanan pada penggunaan bahan-bahan mentah atau dasar seperti semen, bata, besi, dan baja sebagai material utama bangunan.
Arsitektur industrial sudah ada sejak lama. Di awal tahun 1900-an, pabrik biasanya dibangun terbuat dari kayu dan batu, dilengkapi juga dengan jendela kecil yang membuat ruangan gelap. Selain gelap, pabrik juga berpasir, sempit, dan berbahaya. Desain yang buruk untuk kesehatan tersebut membuat Arsitek seperti Albert Kahn, Mies Van der Rohe, serta Le Corbusier membangun pabrik dengan model yang lebih baik.
Alber Kahn menemukan inovasi baru untuk pembangunan pabrik seperti pencahayaan langit dan ventilasi alami serta struktur baja pracetak yang disebut sistem Kahn beton bertulang. Kahn juga membuat pabriknya memiliki ruang terbuka dengan memakai rangka baja bentang panjang. Selain itu pabrik buatannya memiliki jendela strip besar yang menjadikan adanya pencahayaan alami.
Arsitek lain, Mies Van de Rohe juga membangun karyanya dengan mengutamakan aspek fungsional bangunan. Mies menggunakan material baja terekspos, yang menjadi salah satu ciri khas utama gaya industrial sampai sekarang.

Ciri utama gaya industrial ialah material yang cenderung kasar seperti logam dan baja, elemen interior ekspos, serta fungsional seperti disebutkan Jurnal Sains dan Seni ITS. Dulu di Eropa banyak pabrik terbengkalai yang kemudian dibangun ulang agar menjadi tempat hunian. Bangunan-bangunan tersebut memiliki ciri utama industrial seperti yang disebutkan.
Hal pertama yang menarik perhatian mata adalah warna. Model industrial dikenal dengan warnanya yang monokrom. Dinding serta perabotan dihiasi dengan mayoritas warna hitam, abu-abu, putih, juga cokelat. Dengan warna itu, kesan yang muncul pertama adalah maskulin. Layaknya pria dengan pakaian celana abu dan kaos hitam yang tampak maskulin, hunian gaya industrial pun terasa demikian.
Material bangunan yang biasanya diberi pewarna akan dibiarkan seperti aslinya. Bahan-bahan akan dibiarkan terekspos, dinding bata misalnya. Biasanya dinding akan dibuat dari bata, dilapisi semen, lalu dicat, dan diberi warna kesukaan. Namun berbeda dengan gaya industrial yang membiarkan material rumah tetap seperti asalnya. Untuk tidak bosan dengan pilihan warna itu-itu saja, bisa menggunakan perabotan rumah dengan warna yang lebih cerah.

Gaya yang satu ini juga dikenal dengan minim proses finishing. Tembok yang unfinished kadang terlihat kusam, tetapi jika dilengkapi perabotan dengan warna senada, hal itu akan jadi pemandangan indah. Hal lain yang menjadi salah satu poin utama gaya industrial dalam hal unfinished adalah kayu. Perabotan atau bagian rumah yang dibangun berbahan kayu tidak akan dicat. Kayu-kayu itu hanya akan dipolitur agar tidak diserang rayap.
Bahan logam seperti besi, baja, stainless steel, dan alumunium juga dibiarkan dengan warna aslinya. Dengan memamerkan warna asli kayu, logam, bata, juga semen menunjukkan bahwa gaya industrial memang over-expose. Semua unsur asli bangunan dibiarkan terlihat dengan penataan yang rapih.
Hal identik lainnya dari gaya industrial adalah flooring. Kamu bisa memilih lantai berbahan kayu glossy untuk hasil industrial yang maksimal. Jika kamu menggunakan bahan kayu yang kasar akan membuat hasil rustic, bukan industrial. Pilihan lain juga bisa menggunakan lantai parket atau acian. Banyak juga pengguna rumah gaya industrial memilih lantai berbahan beton yang dipoles karena cukup ekonomis.

Jika kamu membangun rumah dengan gaya industrial, pasti bagian langit-langit hunian akan terbuka. Sesuai julukan over-expose, maka gaya ini membiarkan saluran pipa air, listrik, pemanas, ventilasi, juga pendingin udara dibiarkan terlihat. Dengan bentuknya yang terbuka seperti itu akan membuat ruangan seolah-olah tampak lebih luas. Tidak menggunakan plafon juga membuat pengeluaran lebih sedikit, kan?
Kesederhanaan adalah kunci utama gaya industrial di tempat hunian. Kamu tak perlu repot menyiapkan banyak perabotan. Hal itu pula yang menjadi patokan minim pengeluaran. Banyak juga ya poin dari gaya industrial yang membuat kita tidak mencemaskan bagian keuangan. Menarik bukan?
3 pemikiran pada “Gaya Industrial Penuh Nilai Esensial”