
Seiring dengan berjalannya waktu, arsitektur tradisional mulai jarang bisa kita jumpai. Setiap hari arsitektur modern semakin menguasai, kebudayaan yang sudah mulai pudar di masyarakat menjadi salah satu penyebab utama hilangnya sentuhan tradisional dalam arsitektur Indonesia. Hal itu juga yang menyebabkan arsitektur vernakular di Indonesia semakin jarang.
Arsitektur vernakular sendiri dalam jurnal karya Ir Joseph Rangkung, MT adalah sebagaai arsitektur asli yang dibangun oleh masyarakat setempat. Selain itu vernakular juga sering disamakan dengan arsitektur tradisional. Lebih simpelnya, arsitektur vernakular merupakan sebuah gaya arsitektur yang dirancang sedemikian rupa dengan menyesuaikan kebutuhan serta mencerminkan tradisi lokal.
Arsitektur vernakular yang banyak kita jumpai dahulu adalah pada rumah adat. Selain mencerminkan karakter dan ciri khas dari masyarakat setempat, rumah adat dibuat dengan menyesuaikan kondisi dan kebutuhan tertentu. Saat ini, tak banyak suku atau desa yang masih melestarikan rumah adatnya. Bahkan, rumah adat sekarang sudah tergantikan dengan bangunan modern sepenuhnya. Hanya beberapa daerah tertentu saja di Indonesia yang masih memegang tradisi daerah dan menggunakan rumah adat, salah satunya adalah Desa Sade di Lombok.
Desa Sade merupakan salah satu desa dari suku Sasak yang terletak di Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Desa Sade sampai saat ini masih mempertahankan keaslian tradisinya, salah satunya yang masih bertahan adalah rumah adat khas suku Sasak.

Rumah adat Sasak terdiri dari beberapa Bale, sedangkan untuk rumah adat yang berada di desa Sade juga masih memiliki beberapa Bale dan masih berfungsi semestinya, di antaranya ada Bale Tani dan Bale Lambung.
Seperti yang dijelaskan di atas tadi, arsitektur vernakular merupakan arsitektur yang dibangun dengan menyesuaikan kebutuhan penghuninya. Rumah adat suku Sasak yang ada di desa Sade merupakan salah satu arsitektur vernakular, kenapa demikian?
Hal ini dikarenakan adanya banyak Bale yang ada pada rumah adat Sasak. Masing – masing Bale mempunyai filosofi dan fungsinya sendiri sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tak terkecuali dengan Bale Tani dan Bale Lambung.
Bale Tani ini sendiri merupakan bagian dari rumah adat Sasak. Dari segi vernakular, Bale Tani merupakan bagian rumah yang digunakan untuk tempat tinggal masyarakat suku Sasak, karena mayoritas suku Sasak adalah petani maka Bale ini diberi nama Bale Tani. Dalam jurnal yang berjudul “Studi Simiotik Ruang Hunian Tradisional Suku Sasak” karya dari I Gusti Ayu Vadya Lukita dkk, setiap bagian dari Bale Tani memiliki makna dan tujuan sendiri. Baik dari arah bangunan mengahadap, pintu, atap, jendela, anak tangga semua memiliki nilai, simbol, dan implementasi tersendiri. Secara garis besar, makna dari tanda di arsitektur Bale Tani melambangkan tentang hubungan manusia dengan Tuhan maupun sesama manusia. Kita ambil contoh bagian pintu yang dibuat rendah. Hal ini bertujuan agar ketika seseorang masuk melalui pintu akan menunduk, seakan – akan memberikan salam, mencerminkan sifat rendah hati dan saling menghargai sesama.

Bagian lain yang pasti ada pada rumah adat suku Sasak adalah Bale Lambung. Bangunan ini bukan berupa tempat hunian, melainkan tempat untuk menyimpan hasil panen para petani, khususnya padi. Selain menjadi tempat penyimpanan hasil panen, Bale Lambung juga menjadi simbol kemakmuran bagi masyarakat suku Sasak. Dari segi vernakular, bangunan ini sengaja dibuat dengan menjulang tinggi ke atas, hal ini dibuat untuk menghindarkan hasil panen yang disimpan di dalamnya terserang oleh hama dan tikus. Umumnya satu Bale Lambung dimiliki oleh 5-6 kepala keluarga, dikarenakan dalam pembangunannya membutuhkan upacara yang memakan banyak biaya dan persyaratan.

Jika kamu berkunjung ke desa Sade, baik dari Bale Tani ataupun Lumbung masih bisa kamu jumpai, bahkan masih berfungsi dengan semestinya. Masyarakat desa Sade memang masih memegang teguh adat budaya dari suku Sasak. Patut dibanggakan tentunya, karena masih ada masyarakat yang masih mau menggunakan adat kebudayaannya.
Bagi kamu yang ingin wisata unik sekaligus belajar mengenai suku Sasak, maka datang ke desa Sade adalah hal yang wajib. Bahkan untuk spot foto, perkampungan rumah adat ini menawarkan konsep yang baru loh, patut dicoba kan?
2 pemikiran pada “Belajar Arsitektur Vernakular dari Rumah Adat Sasak di Desa Sade”