Yu Sing Cetuskan Jasa Arsitek Minim Anggaran

Siapa yang pernah merasa masuk di salah satu program studi atau jurusan yang dikira mudah tapi nyatanya susah? Apakah Anda yang membaca adalah salah satunya? Pasti banyak orang yang saat menempuh masa kuliah malah berpikir untuk mengganti jurusan bahkan berhenti menjalankan. Tak terkecuali Yu Sing, salah satu arsitek muda terkenal di Indonesia, yang juga merasa salah pilih jurusan.

“Saya memilih jurusan arsitek untuk menghindari pelajaran hafalan. Saya suka menggambar walau tidak punya bakat menggambar. Niatnya mau bersantai-santai, ternyata jurusan arsitek malah banyak sekali tugasnya. Saya pun berpikir untuk pindah jurusan,” tutur Yu Sing pada Athome.id.

Pria kelahiran Bandung, 5 Juli 1976 ini memiliki nama lengkap Yu Sing Liem. Ia mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Bandung jurusan Teknik Arsitektur sejak 1994 hingga akhirnya lulus di tahun 1999. Dilansir dari website Mongabay, informasi tentang arsitektur di dapat dari alumni sekolahnya saat Yu Sing menjalani masa SMA. Padahal hasil psikotest kemampuan bayang ruang atau perspektif rendah, tapi ia nekat mengambil jurusan tersebut. Yu Sing sendiri tidak paham arti daya bayang ruang tersebut.

Seperti yang diketahui, jurusan Arsitektur tidaklah mudah. Setahu saya, jurusan ini membuat orang-orang yang mengenyam ilmunya bergadang. Tugasnya banyak dan susah, deadline juga membuat pengerjaan tergesa-gesa. Hal tersebut juga berlaku pada Yu Sing. Ia kesulitan membuat gambar perspektif yang merupakan dasar bagi calon Arsitek. Nilainya pun jelek dan ia merasa stress.

Source : housingestate.id

Yu Sing bercerita pada Athome.id, “Kuliah tingkat dua saya mulai pasrah, yang penting lulus mata kuliah. Di tingkat tiga, saya bertemu dosen yang enak, Bapak Eko Purwono. Beliau memberi kebebasan dalam mendesain dan menilai berdasarkan karakter masing-masing mahasiswanya. Saya pun mulai menyukai Arsitektur.” Dengan segala kerja keras, Yu Sing akhirnya lulus di tahun 1999.

Baca juga :  Perjalanan Arsitektur Indonesia dari Masa ke Masa

Pada portal I Love Life, dijelaskan bahwa jasa Arsitek menjadi monopoli orang-orang kaya. Kalangan menengah ke bawah tidak bisa memakai jasa tersebut lantaran biaya yang dipakai cukup besar. Biaya untuk membangun atau memperbaiki rumah juga merogoh kocek dalam. Di sinilah peran Yu Sing, ia ingin profesi Arsitek itu non-elitis dan berlaku untuk semua kalangan.

Diceritakan website ilovelife.co.id kalau Yu Sing terinspirasi dari Yusuf Bilyarta Mangunwijaya. Pria yang akrab disapa Romo Mangun ini mengubah perumahan miskin di sepanjang bantaran Kali Code menjadi sebuah kawasan yang menawan. Arsitek yang peduli pada kemanusiaan pun menjadi julukan untuk Romo Mangun. Ingin menjadi Arsitek seperti Romo Mangun, Yu Sing punya mimpi untuk mendesain sejuta rumah murah di Indonesia.

Pada 1999, Yu Sing mulai mendesain serta membangun rumah mungil, murah, serta ramah lingkungan. Desain pertamanya adalah rumahnya sendiri. Kemudian ia sempat diminta untuk merenovasi rumah yang berusia lebih dari 30 tahun di Bandung. Rumah yang sangat tua membuat hunian tersebut harus dibongkar ulang. Namun kurang lebih 90% bahan bongkarannya bisa dipakai kembali.

Source : majalahasri.com

Usai mengenyam ilmu di ITB, Yu Sing mendirikan studio Arsitektur bernama Genesis. Studio ini merupakan biro konsultan desain dengan sentuhan eksplorasi arsitektur kontemporer.  Majalah Asri memaparkan pada penggalian arsitektur vernakular Indonesia dengan karakter rustic menjadi perkembangan Genesis yang dipadu-padankan ke dalam ekspresi kontemporer serta arsitektur berkelanjutan yang ramah lingkungan.

Baca juga :  Konsep Ala Industri untuk Keunikan Kedai

Tepat di bulan Juni 2011, Genesis berubah nama menjadi Akanoma. Akanoma merupakan singkatan dari Akar Anomali yang berarti memperkuat komitmen guna selalu berakar pada konteks potensi Indonesia dan masyarakat pinggiran. Yu Sing membuat Studio Akanoma ini untuk semua kalangan. Arsitektur harus bisa mengakomodir semua kalangan masyarakat.

Disebutkan dalam Arsitag, studio milik Yu Sing ini memiliki empat filosofi desain utama, yakni: (1) Arsitektur untuk semua, (2) mengedepankan Arsitektur tradisional, (3) membangun saling ketergantungan antara alam, budaya, ekonomi, dan arsitektur, serta (4) mempromosikan ekowisata lokal.

Studio Akanoma juga aktif dalam berbagai kegiatan dan komunitas sosial. Salah satu proyek yang dibuat adalah “Papan untuk Semua” di tahun 2012. Proyek ini bergerak di bidang perumahan dan ruang publik untuk masyarakat. Yu Sing dan rekan-rekannya memberikan desain gratis dalam proyek ini dan ikut menggalang dana di wujudkan.com untuk membuat rumah layak huni bagi mereka yang tidak mampu.

Source : Mongabay Indonesia / Tommy Apriando

Bagi Yu Sing, tidak mungkin seorang Arsitek tak mampu membangun rumah murah. Dikutip dari Housingestate.id, merancang rumah murah merupakan upaya mencari alternatif bagi Yu Sing. Alternatif yang dicari meliputi desain, material, dan proses pembangunan.

Mewah tidak melulu harus memakai perabotan serta bahan mahal. Rumah yang menawan tak perlu harus menguras banyak anggaran. Arsitektur itu tidak terbatas hanya untuk kalangan atas. Untunglah ada Yu Sing, Arsitek muda yang putar otak hingga pusing untuk mendapat hasil tidak garing. Maka masyarakat yang tidak mampu tak perlu ragu, masih ada Arsitek yang mau membantu.

Satu pemikiran pada “Yu Sing Cetuskan Jasa Arsitek Minim Anggaran

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *