Kabupaten Gresik memang dikenal dengan kawasan industri dan destinasi wisata religi. Namun selain itu, wilayah ini juga memiliki banyak objek wisata dan bangunan kuno. Seperti Kampung Kemasan yang berlokasi di Jalan Nyai Ageng Arem-Arem, Gang III, Kelurahan Pakelingan.
Kampung ini sempat menjadi tempat tinggal warga Eropa dan pribumi yang ekonominya mapan pada abad ke-19. Pada saat itulah kawasan ini menjadi tempat perdagangan. Salah satu pedagang terkenal di kawasan ini adalah Bak Liong, warga keturunan Cina yang pandai mengolah emas. Keterampilannya dalam membuat emas membuat kawasan ini terkenal dan dinamai Kampung Kemasan.
Pada suara.com dikatakan bahwa tepat tahun 1855, Haji Oemar bin Ahmad, datang ke kampung ini. Orang yang dikenal sebagai pedagang kulit ini mendirikan rumah dua lantai. Lantai pertama dijadikan tempat keluarga dan menyimpan kulit, sedangkan lantai atas untuk sarang burung walet. Di tahun 1861, Haji Oemar membangun tiga rumah lagi di samping kiri rumah pertamanya. Salah satu bangunan rumah baru itupun terkenal dengan nama Rumah Gajah Mungkur.
Ada sekitar 20-an bangunan terdapat di Kampung Kemasan, tetapi yang dijadikan ikon adalah Rumah Gajah Mungkur. Ahmad Khoiri, anak pemilik Rumah Gajah Mungkur, mengaku pada Kompas.com bahwa ia tak tahu mengapa rumahnya dijadikan ikon. “Untuk bangunan yang ada di sekitar sini, kurang lebih ada 21 rumah. Dan memang, rata-rata orang mendapuk rumah peninggalan orang tua saya ini sebagai ikon. Nggak tahu kenapa, mungkin karena paling besar di sini dan kerap kali menjadi jujugan (tempat rujukan) wisatawan,” ungkapnya.
Salah satu Dosen Arsitek Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Andy Mapajaya, memaparkan arti rumah ini. Di depan rumah ini terdapat patung gajah yang kepalanya menghadap ke teras. Bagian belakang patung gajah yang terbuat dari batu ini menghadap ke jalanan atau bisa disebut membelakangi jalanan. Bahasa Jawa dari membelakangi ialah mungkuri.

Bagian belakang patung gajah yang membelakangi jalan itu tidak memiliki makna khusus, papar Andy. Si pemilik rumah hanya ingin melihat wajah dari gajah tersebut saat bersantai di teras rumah.
“Rumah Gajah Mungkur ini mempunyai gaya arsitektur eklektik, yaitu gaya periode kolonial pra modern tepatnya sebelum tahun 1920-an,” jelas Andy pada Liputan6.com melalui pesan singkat. Dekoruma menjelaskan bahwa eklektik adalah gaya desain yang mengombinasikan unsur historis sebagai elemen dasar dengan mengutamakan kebebasan ekspresi untuk menciptakan hal yang otentik, baru, dan belum pernah ada.
Arsitektur tempat tinggal pada kawasan Kampung Kemasan mendapat pengaruh dari budaya Cina dan Eropa bahkan Belanda tutur Oemar Zaenuddin, salah satu keturunan Haji Oemar bin Ahmad. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk, rung, elemen, ornamen, dan makna simbolik pada bagian dalam rumah. Andy Mapajaya juga mengungkapkan bahwa gaya arsitektur eklektik Kampung Kemasan dominan Chinesse Style dengan warna merah serta merah muda.

Rumah ini memiliki luas 2.000 meter persegi yang terbagi menjadi dua bangunan. Ornamen pada rumah ini memang kentara dengan budaya Cina meskipun bukan orang keturunan Cina yang membangun. Oemar menjelaskan pada Suara.com bahwa kakek buyutnya lah yang membangun rumah di Kampung Kemasan. “Jadi bangunan rumah di Kampung Kemasan ini kakek buyut saya yang membangun, bukan orang turunan Cina. Hanya saja yang menjadi arsitek kala itu memang didatangkan dari negeri Cina. Karena itu pengaruh kebudayaan Cina dan Eropa khususnya Belanda kental di rumah-rumah yang ada di Kemasan ini. Bisa dikatakan masih ada hubungan saudara semua penghuni di sini,” jelasnya.
Ciri arsitektur Cina pada rumah-rumah di Kampung Kemasan, seperti yang dijelaskan Oemar, dapat dilihat dari aspek fisik (ruang dan elemen) serta aspek nonfisik (makna simbolik). Aspek fisiknya ialah penggunaan sumbu axis dan elemen penutup lantai dengan pola ornamentasi octagons and squares. Makna simbolik tentu dilihat dari penggunaan warna merah. Warna ini memiliki arti kemakmuran, keberuntungan, kebajikan, dan kebenaran.

Pada pertengahan tahun 2019, tepatnya di bulan Juli, mahasiswa mancanegara berkunjung ke Kabupaten Gresik. Mereka datang untuk mempelajari arsitektur Rumah Gajah Mungkur. Ada puluhan mahasiswa berasal dari Cina, Taiwan, Thailand, Banglades, Kamboja, Amerika, Vietnam, Hungaria, Polandia, serta Malaysia. Dijelaskan pada Timesindonesia.co.id bahwa alasan mahasiswa-mahasiswa ini berkunjung untuk melihat arsitektur kuno yang memiliki nilai historis tersendiri. Kegiatan ini juga salah satu bagian dari implementasi program studi Arsitektur dan Culture Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.
Menarik bukan? Awalnya hanya rumah biasa namun menjadi salah satu rumah luar biasa yang bahkan dikunjungi wisatawan mancanegara. Jangan hanya tertarik untuk liburan ke luar negeri padahal di Indonesia banyak destinasi wisata yang menarik.