Potret : Asbes dan Masyarakat Indonesia yang Hidup Berdampingan
Atap asbes adalah jenis atap yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Atap ini terbuat dari asbes semen atau fiber. Bentuknya berupa lembaran tipis bergelombang yang memiliki ragam gelombang, baik kecil maupun besar. Ukuran panjang dan tebalnya pun bermacam-macam.
Atap ini tidak bisa memantulkan sinar matahari. Akan tetapi, ia menyerap sinar matahari. Atap asbes sering digunakan sebagai penutup atap garasi. Selain itu, ada banyak orang juga yang menggunakannya sebagai atap rumah mereka tinggal.
Awalnya, atap asbes ditemukan dan mulai dipakai pada abad 19. Masuk pada abad 20, muncullah keprihatinan bahwa banyak penambang asbes yang meninggal. Hal ini sebabkan karena zat asbes yang terhirup oleh para penambang. Maka dari itu, pada 1970an, penggunaan bahan asbes mulai dibatasi dan tidak dianjurkan, bahkan pemakaian bahan asbes sudah dilarang di Jepang.
Mengapa hal ini terjadi? Asbes terdiri dari partikel mikro yang tidak terlihat di udara sehingga bisa memicu kanker paru-paru. Tidak hanya kanker paru-paru, atap asbes bisa memicu penyakit lainnya. Hal yang sama juga bisa terjadi pada diri kita. Bila kita menggunakan atap asbes sebagai atap rumah, ada kemungkinan kita menghirup zat asbes yang sangat kecil. Mungkin akan terasa biasa-biasa saja. Namun, efeknya akan muncul setelah berpuluh-puluh tahun kemudian.








