Pasuruan dengan Beberapa Bentuk Bangunan Peninggalan Sejarah

Source : laurentiadewi.com

Pasuruan merupakan kota Pelabuhan Kuno yang pernah jaya pada masanya. Pada zaman Kerajaan Airlangga, Pasuruan sudah dikenal dengan sebutan “Paravan” . Pada masa lalu, daerah ini merupakan pelabuhan yang sangat ramai, yang dulu dikenal sebagai “Tanjung Tembikar”. Banyak bangsawan dan saudagar kaya yang menetap di Pasuruan untuk melakukan perdagangan. Hal ini membuat kemajemukan bangsa dan suku bangsa di Pasuruan terjalin dengan baik dan damai. Kota ini juga terdapat beberapa bangunan peninggalan sejarah. Dari peninggalan tersebut mengingatkan kita bahwa jangan serta merta melupakan sejarah. Salah satu bangunan bersejarah di Pasuruan adalah Rumah Singa.

Rumah Singa terletak di Jalan Hasanudin No. 11-14 RT.01 RW.04 Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Lokasi Rumah Singa ini berada di depan Gedung Yayasan Pendidikan Pancasila, atau biasa disebut dengan Gedung Pancasila saja.

Dalam buku profil Cagar Budaya Kota Pasuruan (2015) disebutkan bahwa rumah singa ini pada awalnya merupakan rumah orang belanda yang dibangun pada tahun 1825. Namun kemudian dibeli oleh Tan Kong Seng seorang kapiten der Chineezen pada tahun 1840-an. Beberapa tahun kemudian rumah tersebut direnovasi dengan mengubah lantai menjadi marmer. Saat ini, rumah tersebut menjadi milik Alan Douglas Rudianto Wardhana Zecha dan tetap dijadikan sebagai tempat tinggal.

Bentuk rumah singa ini berbentuk gaya Indische Empire yang merupakan gaya arsitektur yang diadopsi dari aliran Neoklasik. Neoklasik berkembang di Prancis pada abad ke-18. Gaya seperti ini juga sering disebut dengan gaya Empire Style yang dipopulerkan oleh mantan seorang perwira tentara Louis Napoleon. Setelah itu ia menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang ke 36 yaitu Herman William Daendels (1808-1811). Gaya bangunan Empire Style ini menyesuaikan dengan iklim, teknologi, dan bahan bangunan setempat yang berada di Hindia Belanda.

Baca juga :  Desa Wae Rebo Penuh Awan Miliki Rumah Adat Menawan

Setelah rumah ini ditempati oleh keluarga Kwee, rumah ini dibangun patung singa di bagian halaman rumah. Hal ini yang melatarbelakangi rumah tersebut bernama rumah singa. Membangun patung singa di depan rumah dipercaya agar rumah tersebut selalu aman dan terjaga. Kepercayaan tersebut sejalan dengan kepercayaan yang dianut masyarakat Tionghoa bahwa patung dianggap sebagai dewa pelindung. Tidak heran pula jika rumah tersebut dibangun patung singa, hal ini karena Kwee merupakan salah satu keluarga terkemuka (konglomerat) di Pasuruan yang diberi keistimewaan di bidang perdagangan dan pajak oleh Pemerintah Hindia Belanda. Mereka menguasai perdagangan hasil bumi dan ditunjuk oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk mengatur tata niaga opium.

Tidak heran jika Pasuruan memiliki bangunan peninggalan Belanda. Kota yang kerap disebut Kota Tak Bertuan ini merupakan kota maju pada masa Hindia Belanda. Hal ini karena Pasuruan memiliki potensi yang bagus dalam bidang Industri. Bangunan peninggalan Belanda lainnya adalah P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia). Menariknya P3GI ini adalah lembaga tertua di Indonesia yang pernah berperan besar dalam perkembangan pergulaan dunia pada abad ke-20. Pada p3gi.co.id dijelaskan bahwa awal mula dibangun P3GI ini pada tahun 1887 dengan sebutan POJ (Proefstation Oost Java). Pada tahun 1957 pemerintah Indonesia mengambil alih POJ dan mengganti nama menjadi BP3G (Badan Penyelidikan Perusahaan Perusahaan Gula). Baru tahun 1987 Dewan Pembina mengubah nama BP3G menjadi P3GI.

Gedung P3GI menjadi salah satu gedung bersejarah yang berada di Psuruan ©Yoga Rahmadani

Ada juga Pabrik Karton yang didirikan dan dikelola pada masa Hindia Belanda. Pantas saja jika para penguasa Pasuruan kala itu tajir melintir. Pabrik yang dikelola tidak hanya satu. Terlebih pabrik gula yang memiliki daya minat tinggi saat itu. Tiap tahunnya tingkat permintaan dari Eropa semakin melejit. Tentu merupakan keuntungan besar bagi VOC. Hal ini pula yang melatarbelakangi VOC untuk melakukan campur tangan dalam mengembangkan industri gula. Hingga beberapa tahun kemudian, VOC juga mendirikan pabrik gula di Probolinggo. Tepat disebelah timurnya Pasuruan.

Baca juga :  Brawijaya Edupark, Manfaatkan Ruang Taman Wisata Di Tengah Kota

Selain itu di Pasuruan ternyata terdapat tiga jenis bangunan sejarah berdasarkan kepemilikannya. Yaitu bangunan milik Pribumi, bangunan milik Kolonial Belanda, serta bangunan milik etnis Cina. Bangunan Pribumi biasanya ditandai dengan memiliki gaya Jawa yang menjadi identitas lokal seperti pendopo, gamelan dan ornamen lainnya. Pada bangunan Kolonial Belanda memiliki gaya Indische Empire Style. Bangunan ini merupakan bangunan yang disesuaikan dengan iklim, teknologi, dan bahan bangunan setempat seperti pasir, batu bata, batu kali dan lainnya. Biasanya bangunan ini berbentuk simetris dan terdapat pilar besar layaknya bangunan di Belanda. Untuk rumah etnis Cina berbentuk gaya campuran antara gaya Indische Empire yang dominan bercampur dengan dekorasi gaya Cina serta beberapa hiasan arsitektur Jawa. Gaya seperti ini akhirnya memiliki julukan  Chinese of Pasuruan. Rumah ini juga bentuk dari gambaran hidup keluarga Kwee lainnya yang menerapkan budaya Cina, Jawa, dan Eropa sehingga melahirkan gaya suatu gaya arsitektur yang tidak ditemukan di daerah lain.

Foto : Contoh bangunan milik Kolonial Belanda ©rumahku.com
Foto : Contoh rumah milik Pribumi © hakimhomint.wordpress.com

Dari sini kita juga belajar bahwa bangunan merupakan meterialisasi kultur, yang sering disebut sebagai cermin dari kebudayaan. Melalui bangunan kita dapat melihat kebudayaan yang menjadi saksi bisu tentang sejarah dan kejadian yang dialami masyarakat atau bangsa yang menghuni di bangunan tersebut. Mulai dari PERPU yang mengatur pembagian kekuasaan, hak monopoli dagang, hunian etnis tertentu, serta sistem tanam paksa. Maka ketika banguanan itu hancur, rusak, bahkan sengaja dirobohkan menjadikan kita kehilangan sejarah identitas kita yang dahulu. Itulah mengapa kita perlu melestarikan dan merawat peninggalan sejarah.

4 pemikiran pada “Pasuruan dengan Beberapa Bentuk Bangunan Peninggalan Sejarah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *